Siapa yang Menciptakan Bhinneka Tunggal Ika?
Bhinneka Tunggal Ika, lambang persatuan Indonesia yang terkenal, menjadi bukti kuat atas semangat keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa.
Melambangkan persatuan dan kesatuan, ungkapan "Bhinneka Tunggal Ika" berasal dari bahasa Jawa Kuno dan telah menjadi moto nasional Indonesia.
Namun, pertanyaan yang masih menjadi misteri hingga saat ini adalah siapa sebenarnya yang menciptakan frasa yang kuat ini dan apa maknanya?
Dalam artikel ini, kita akan mengungkap jejak sejarah dan menggali lebih dalam tentang asal usul Bhinneka Tunggal Ika.
Gambar: commons.wikimedia.org |
Latar Belakang Sejarah Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika pertama kali muncul dalam salah satu karya sastra Jawa kuno yang bernama "Kakawin Sutasoma" karya Mpu Tantular.
Kakawin Sutasoma ditulis pada abad ke-14 Masehi dan menjadi salah satu karya sastra paling berpengaruh dalam sejarah Jawa. Karya ini berisi ajaran agama Buddha dan dianggap sebagai sastra agama tertua di Indonesia.
Profil Singkat Mpu Tantular
Mpu Tantular adalah seorang sarjana, pemikir, dan penyair pada masa kerajaan Majapahit.
Meskipun tidak banyak informasi tentang kehidupannya, karya-karyanya menjadi warisan penting dalam sejarah sastra dan kebudayaan Indonesia.
Kakawin Sutasoma, yang mencakup frasa Bhinneka Tunggal Ika, menyoroti pesan toleransi dan harmoni antarumat beragama.
Makna Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah ungkapan bahasa Jawa Kuno yang bisa diterjemahkan sebagai "Berbeda-beda tetapi tetap satu" dalam Bahasa Indonesia.
Dalam konteks sosial dan keagamaan, frasa ini menyampaikan pentingnya menghargai keberagaman yang ada dalam masyarakat Indonesia dan menggalang persatuan di antara perbedaan tersebut.
Pesan Toleransi dan Persatuan dalam Kakawin Sutasoma
Kakawin Sutasoma mengandung pesan-pesan mendalam tentang bagaimana mencapai kedamaian batin dan keselamatan.
Mpu Tantular melalui karyanya menyampaikan bahwa perbedaan agama tidak boleh menjadi alasan bagi perselisihan atau konflik sosial.
Sebaliknya, ia mengajarkan tentang pentingnya menghormati agama dan keyakinan orang lain. Bhinneka Tunggal Ika menjadi simbol dari pesan tersebut.
Bhinneka Tunggal Ika dalam Sejarah Indonesia
Setelah periode Majapahit, keberadaan Bhinneka Tunggal Ika tampaknya tenggelam dalam sejarah Indonesia.
Namun, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, lambang ini kembali dihidupkan oleh para pemimpin bangsa. Ir. Soekarno, presiden pertama Indonesia, menegaskan kembali pesan persatuan dan kesatuan melalui frasa Bhinneka Tunggal Ika.
Bhinneka Tunggal Ika dalam Lambang Negara
Bhinneka Tunggal Ika diadopsi sebagai motto nasional Indonesia. Selain itu, lambang negara, Garuda Pancasila, juga menampilkan semboyan ini di bagian pita yang dipegang oleh burung Garuda.
Pemilihan Bhinneka Tunggal Ika dalam lambang negara menegaskan komitmen bangsa Indonesia untuk menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi persatuan.
Pentingnya Bhinneka Tunggal Ika dalam Masyarakat Modern
Dalam masyarakat modern yang sering kali terpapar oleh perbedaan dan konflik, pesan Bhinneka Tunggal Ika tetap relevan.
Lambang ini mengingatkan kita bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dipelihara dan dihargai.
Hanya dengan menghormati satu sama lain dan bersatu melampaui perbedaan kita, kita dapat mencapai kemajuan dan kedamaian bersama.
Kesimpulan
Bhinneka Tunggal Ika adalah lambang persatuan Indonesia yang mengandung pesan tentang keberagaman, toleransi, dan persatuan.
Dalam sastra kuno Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular, frasa ini pertama kali dikenalkan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia.
Makna dan pesan yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika tetap relevan dalam masyarakat modern, mengingatkan kita tentang pentingnya menghargai perbedaan dan mencari persatuan di tengah-tengah keanekaragaman kita.
Semoga semangat Bhinneka Tunggal Ika akan terus hidup dan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.